Sunday, May 01, 2011

Jejak Kaki

Hari ini saya telah merencanakan sebuah petualangan untuk mengisi aktivitas kosong dalam akhir minggu ini. Petualangan ini berawal dari sebuah kegiatan iseng mendaftarkan diri dalam sebuah kompetisi nasional yang diadakan oleh sebuah portal fashion online. Dari pendaftaran ini, ternyata saya lolos tahap awal, yang berarti harus mengikuti tahap selanjutnya untuk sessi foto dan wawancara.

Sebenarnya, saya bukanlah tipe manusia yang antusias mengikuti kompetisi seperti ini.. Apalagi setelah tau lokasi foto dan interview yang sangat jauh letaknya dari rumah, menambah rasa malas dalam diri. Tapi untuk kali ini, saya mencoba keluar dari zona nyaman saya dan bertekad untuk mengikuti tahap selanjutnya. Bukan karena hadiah yang sangat menggiurkan, namun lebih kepada rasa ingin tahu dan sekedar melepas penat dalam diri saya.

Entah apa yang menggerakkan saya, semangat itu begitu besar. Pagi-pagi sekali setelah sempat menyapa Tuhan terlebih dahulu, saya berangkat ke lokasi acara dengan menggunakan transportasi favorit saya. Lalu dengan diantar oleh seorang bapak ojek, saya pun meluncur ke sana.

Memang, pilihan menggunakan ojek langganan untuk menuju ke lokasi foto dan interview bukanlah sebuah pilihan yang bijaksana. Selain karena biaya yang relatif mahal, saya pun menjadi tidak terbiasa untuk mengenal dan memahami angkutan umum yang telah tersedia. Namun, apalah artinya semua itu, toh esensinya sama saja. Yang penting, saya dapat sampai tepat waktu di lokasi, entah menggunakan ojek, angkutan umum, ataupun kendaraan pribadi. Toh itu hanya sekedar preferensi dari masing-masing orang dalam mencapai tujuan.

Setelah sampai di sana, saya mengikuti beberapa tahap dari foto, membuat video profile, dan juga interview dengan panitia pelaksana. Semua aktivitas itu berjalan lancar dan cepat, tidak sesuai bayangan bahwa kan ramai dan penuh antrian.

Setelah dari sana, saya memutuskan untuk pergi ke suatu tempat di pusat kota untuk membeli sebuah kado untuk mama yang esok hari akan berulang tahun. Kali ini, saya memutuskan untuk menyimpan uang saya dengan menahan diri pergi menggunakan taksi. Pilihan saya jatuh pada Trans Jakarta, yang kebetulan ada persis di depan gedung acara tersebut. Trans Jakarta adalah kendaraan khusus yang disediakan oleh pemerintah, yang mampu membawa kita ke beberapa tempat hanya dengan sekali bayar tiket. Dengan diiringi alunan lagu dari pemutar lagu dikantong , saya begitu menikmati setiap detik dan pemberhentian yang ada.

Karena menggunakan Trans Jakarta , saya diharuskan untuk berpindah armada untuk menuju tempat tujuan. Dari pemberhentian terakhir armada pertama menuju ke armada kedua, saya harus melalui sebuah jembatan panjang yang menghubungkan keduanya. Saat berjalan dalam jembatan itu, ada sebuah rasa yang bergejolak dalam diri saya.

Sepanjang jembatan itu. saya memperhatikan orang-orang yang berjalan di sekitar. Ada beberapa orang yang berjalan dengan ritme yang sangat cepat bahkan setengah berlari. Ada juga yang berjalan santai sambil bercanda dengan teman-temannya. Ada juga yang berjalan lambat dengan muka menerawang ke arah jalan atau bahkan tertunduk dalam melihat setiap langkah yang diambilnya. Kalau saya memilih untuk berjalan santai sambil memperhatikan sekitar saya. Dan saat itu, hati ini begitu bergolak entah mengapa.


Seketika itu, munucul banyak pertanyaan dalam diri ini.

"Apakah orang yang jalan cepat seakan terburu-buru karena memang ingin mengejar sesuatu atau karena memang gaya jejak kakinya memang seperti itu?"

Atau...

"Mereka yang berjalan lambat sambil menerawang entah ke mana, juga memiliki emosi yang sama dengan orang yang memilih untuk berjalan cepat?"

Terkadang kita tidak pernah sadar akan setiap jejak kaki yang kita lakukan. Tidak pernah sadar, bahwa jejak kaki yang kita lakukan adalah representasi dari emosi yang kita rasakan saat itu. Apakah jejak kaki kita adalah jejak santai, jejak terburu-buru, jejak penuh amarah, jejak kesedihan, jejak penuh kegembiraan, jejak harapan, jejak penuh optimisme, atau jejak dengan makna yang lain.

Setiap jejak kaki hari itu, seakan menghenyakkan saya dalam kesadaran. Saat ini, saya berada dalam ambang kebingungan atas apa yang saya rasa dan saya harapkan dalam hidup saya. Buktinya, hari itu di atas jembatan panjang itu, saya berjalan hanya dengan jejak jejak kaki pasti namun gontai, seakan ingin berempati atas perasaan hati ini. Yah.. memang semua akan kembali kepada saya.. Tetap melakukan jejak kaki sesuai perasaan ini, atau mengubah perasaan ini menjadi lebih baik dengan kembali mengatur jejak kaki saya agar lebih berdaya dan penuh semangat atas sebuah harapan yang seakan tak akan pernah kunjung padam.

3 comments:

Anonymous said...

yup setuju..jejak kaki itu representasi dari emosi yang kita rasakan saat itu.
jika orang itu berjalan lambat..mungkin saja ia sedang menikmati moment dgn siapa ia berjalan. :D

Paulina said...

Hmmm.. Good insight !!
Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya, setiap jejak itu selalu punya makna berganda, positif dan negatif..
Keep think in positive way, is the best way to make the life better..
Thanks anyway. Happy reading !

Paulina said...

Wooww.. Good insight yaa !!
Gak pernah terpikir sebelumnya, kalau jejak kaki itu punya makna berganda, positif dan negatif.
Thanks for the comment. Happy reading !!