Sunday, May 15, 2011

Apple on the Treetop


‘Loe tuh sebagai perempuan terlalu perfect, Mba.. Gue aja adore sama loe. Sebagai perempuan, loe tuh terlalu kuat mba.. Makanya loe harus dapat pasangan yang lebih dari loe segalanya. Lebih dalam hal pengetahuan, idealisme hidup, karir, cara pandang. Yah.. semua hal deh, dia harus lebih dari loe. Dan banyak teman-teman tuh yang adore juga sama loe, seperti gue mengidolakan loe, Mba”

Dari sepenggal kalimat yang dilontarkan oleh teman saya melalui media chatting BlackBerry Messenger saya mendapatkan kata-kata ini. Terus terang, saat mendapatkan pengakuan dari teman saya ini, bukan rasa senang atau pun tersanjung yang muncul dalam benak dan hati saya. Namun rasa resah dan khawatir yang tiba-tiba terlintas.

Sehebat dan sesempurna itukah saya dimata rekan-rekan saya?Betulkah hanya seorang laki-laki yang sama sempurnanya yang bisa mendapatkan saya? Wuahhh, bakal ribed juga yah hidup gue? Orang bakal ngeri bergaul sama gue nih. Am I too perfect?

Karena ternyata bukan hanya teman saya ini yang berani mengutarakan pendapatnya kepada saya. Suatu hari saya pun pernah mendapatkan penilaian yang sama dari seorang teman yang baru mengenal saya beberapa minggu terakhir ini.

’Loe terbuat dari apa sih, Dess? First impression gue sama loe tuh perempuan yang mandiri. Bisa menjalani hidup sendiri tanpa orang lain. Perempuan seperti loe akan membuat orang lain penasaran. Namun, sepertinya dahan yang menahan loe itu terlalu kuat dan tinggi yah.’

Sekali lagi muncul pertanyaan yang sama, Am I perfect person? Pertanyaan itu berulang kali terngiang dalam benak dan hati saya.. Selama ini saya menjalani hidup seperti orang pada umumnya. Mencoba mengikuti naluri dalam meraih mimpi.. Menjalani hidup apa adanya.. Mencoba mengusahakan yang terbaik untuk diri dan keluarga. That’s it.. Nothing special I think..

Memang tidak bisa dipungkiri, menyenangkan memang bisa menjadi seseorang yang berarti dan memberikan inspirasi kepada orang lain. Namun, menurut saya, apalah artinya saya bila akhirnya saya hanya bisa bertengger di atas pohon saya dan menjadi begitu tinggi untuk orang lain. Ibarat sebuah apel yang ranum karena matang di pohon, tentunya apel itu akan menjadi berguna bagi orang lain saat sudah dipetik dan dapat dinikmati dan memberikan manfaat bagi orang lain. Entah itu membuat orang lain menjadi lebih sehat akibat mendapatkan vitamin yang terkandungnya atau sekedar rasa bahagia karena mendapatkan rasa manis buah yang matang ranum itu.

Begitu pun saya. Diri ini akan menjadi berguna untuk orang lain bukan karena orang lain melihat saya hebat atau lebih dari orang lain. Mendapatkan banyak decak kagum dan pujian. Namun, saya akan merasa lebih berguna bila bisa menorehkan rasa bahagia dalam hati banyak orang.

Dan berharap akan datang seseorang dengan penuh keberanian memanjat ke atas dahan pohon apel itu dan dengan penuh kesajahaan membawa saya dengan aman sampai ke bawah dan membiarkan diri ini lebih banyak lagi memberikan kebahagiaan bagi orang-orang di sekitar pohon itu.

*Image diambil dari Profile Picture tetangga sebelah dalam contact list BlackBerry Messenger

No comments: