“Tiap loe ada masalah, loe berdoa sama yang di Atas. Minta kesabaran sama Dia. Itu membantu banget.”
Beberapa hari terakhir, ngobrol sama yang di Atas menjadi sebuah pelarian yang manis untuk saya. Betapa tidak, tiap air mata ini ingin meluap langsung saya buru-buru mencari tempat yang aman dan langsung nyebut nama DIA. Ehh.. bukannya langsung menjadi tenang, air mata malah makin deras meluncur dari sudut mata saya. Bagaikan air bah akibat tanah longsor.. Bulir-bulir besar air turun sangat deras dari mata ini. (Hhmmm.. Agak berlebihan yah kata-katanya. But it’s true.)
Di antara isakan tangis, bibir ini selalu mengucap maaf sekaligus doa kepada Sang Pencipta. Yah namanya juga manusia.. Kalau sudah lagi sedih mengarah ke depresi selalu yang diingat yah Tuhan.. Karena mungkin Tuhan makhluk imajinatif (yang mungkin dibuat oleh manusia) yang menjadi satu-satunya harapan terakhir.
Saat berulang kali menyebut dan berkeluh dengan Dia, saya menjadi berpikir. Andai saya jadi Tuhan, saya bakal sebel banget lihat manusia super rewel macam saya ini. Ibarat nya junkies, saya ini udah ketagihan benda imajinatif bernama Tuhan. Pagi, Siang, Sore, Malam, Tengah Malam saya merasa gak afdol kalau belum ngobrol sama Dia. Sampai-sampai saya berpikir, jangan-jangan obrolan saya dalam doa ini sudah masuk dalam kategori Over Dosis !
Saya jadi berpikir dan berandai, apakah Dia menjadi bosan dengan saya dan doa saya yang itu-itu saja. Kadang berandai juga Dia berkata demikian :
“Loe harusnya sadar, kalau doa loe tuh mustahil. Impossible neng. Udah sana cari kegiatan lain yang lebih relevan sama hidup loe.”
Atau semacam ini...
“Ok, gak usah dikasih tau lagi. Saya sudah tau kok apa yang akan kamu ucapkan dan kamu minta. Bosen gak sih kamu minta itu terus.. Saya aja dengarnya bosen.”
Hmm... Kadang pikiran buruk saya begitu imajinatif sampai ke tahap ini. Kebayang banget kalo Tuhan bakal ngejawab doa-doa kita dengan versi imajinasi saya tadi. Yang ada kita bakal sakit hati, hilang harapan, dan sangat mungkin tingkat bunuh diri bakalan tinggi banget.
Jujur.. Saya tipikal orang yang sebenarnya malas curhat. Karena saya selalu gak enak untuk menumpahkan uneg-uneg saya ke manusia lain, yaitu teman-teman saya. Ada rasa takut untuk tidak didengarkan. Takut merepotkan orang lain untuk mau mendengarkan cerita saya dan membantu saya mencarikan solusi untuk masalah saya. Which is setiap orang punya masalahnya masing-masing. Beban pikiran dan perasaan manusia mungkin terbatas untuk bisa lagi menampung masalah orang lain. Dan yang paling penting lagi, kalau kita curhat ada cap “Masalah gitu aja loe cengeng. Cemen Man!!”
Pernah dalam suatu kesempatan makan siang, saya benar-benar tidak mampu membendung tangis saya. Dan sekeliling saya tidak ada tempat semacam toilet atau gudang untuk tempat saya bersembunyi. Dan tak sadar air mata ini mengalir deras (sembari saya mengunyah makanan saya). Seketika itu, teman-teman di sekeliling saya menatap saya bingung dan bertanya, “Kenapa loe, Des?” Dalam isak saya menjawab, “Gue patah hati”. Dan Voilaaa teman-teman saya menatap saya bingung dan bersamaan mengucap, “Udah.. gak usah dipikirin. Makan lagi gih.” (WTF !! Pingin rasanya saat itu saya mengubur diri saya jauh ke dalam dasar bumi. Guyss, kemana sih perasaan kalian??)
Dari kenyataan itu, mulailah saya begaul dengan narkoba bernama DOA. Setiap saat saya galau langsung saya mengucap nama DIA , Sang Pencipta. Apakah saya langsung mendapat jawaban? Hmm.. boro-boro dapat jawaban. Melihat wujud Sang Dia saja saya ndak pernah (Dan jangan dulu kali yah.. Belum waktunya juga. Hehehe). Namun, aneh luar biasa.. Setelah mengecap Doa, saya seperti melayang di dalam dunia penuh harapan. Dalam 5-10 menit efek nya adalah ruang dada seakan terisi kembali dengan harap. Harap, bahwa saya tetap dapat melanjutkan hidup ini. Harap, bahwa Sang Pencipta mendekap saya, menyemangati saya, dan tak akan meninggalkan saya (Gilee.. bahasa nya cinggg..)
Apakah harapan itu akan menjadi jalan keluar saya? Entah lah.. Yang saya tahu sekarang, dengan harapan-harapan itu menjadikan saya seperti sekarang ini. Tetap berani menjalani hidup , walau rasanya gak enak sama sekali. Entah besok apa yang terjadi, biarlah tetap menjadi misteri Sang Ilahi.
Yang saya masih syukuri sekarang adalah.. saya masih boleh diberikan kesempatan untuk berharap dan memupuk harapan saya. Harapan untuk diberikan yang terbaik dalam hidup saya seturut dengan segala rencanaNya..