Sunday, May 15, 2005

MenCINTAi dan diCINTAi orang lain

Satu hal yang tidak dapat kita pungkiri adalah ketika kita telah mulai merasa jatuh cinta pada orang lain. Cinta sejuta maknanya...sejuta rasanya...itu yang dikatakan oleh kebanyakan orang.
Entah kenapa akhir – akhir ini saya semakin menyadari rasanya dicintai dan menyintai. Pengalaman akan dicintai dan mencintai orang lain secara tulus membuat saya belajar untuk mau jujur dan semakin memahami serta mengerti tentang perasaan yang ada di hati saya. Pengalaman dan sensasi ini membuat saya masuk dalam suatu dunia di mana tanpa kepura-puraan. Dunia di mana semua jujur dan saling terbuka satu sama lain agar mudahlah proses pengenalan masing – masing pribadi.
Dalam proses pengenalan pribadi oleh dua insan saling mencintai, yang lazim disebut pacaran ini, pasti akan terjadi macam – macam liku dan dilema. Di artikel saya yang berjudul “...Suka...Cinta...Sayang...”, diungkapkan bahwa pada tahap seseorang mencintai orang lain pasti dia akan mulai merasa untuk tidak mau kehilangan orang lain sebagai ungkapan rasa cintanya. Dengan berbagai usaha orang akan berjuang mati-matian agar dia tidak kehilangan orang yang dicintainya. Salah satunya adalah dengan membiarkan orang lain itu tahu pribadi dan besarnya perasaan pada orang itu. Dan hal tersebut akan dapat terjadi bila ada kejujuran terhadap perasaan dan hati nurani terdalam.
Saya sekarang memiliki seorang teman dekat. Hubungan kami sudah lima bulan berjalan dari 25 November 2004 yang lalu. Tentunya dalam lima bulan ini saya mencoba untuk terbuka dan jujur akan diri saya serta perasaan ini terhadap pacar saya itu. Baru – baru ini secara tidak sengaja saya mengungkap suatu hal yang mungkin menurut orang kebanyakan tidak masuk akal di depannya. Dan seperti kebanyakan orang lainnya, pacar saya terkejut mendengar kenyataan yang saya utarakan itu. Hari itu pun berakhir dengan tidak mengenakkan.
Saya sungguh sangat amat menyesal telah mengungkap hal yang seharusnya tidak perlu dia ketahui, karena hal ini merupakan suatu dari pribadi diri saya yang saya tutupi agar orang dapat memandang saya sebagai seorang manusia biasa seperti pada ukuran normalnya.
Semalaman saya memutar otak dan begitu menyesali kenyataan akan keadaan yang baru menimpa saya. Dan sampailah pada kesimpulan bahwa saya harus menyaring untuk menceritakan siapa saya seperti yang selama ini telah saya lakukan terhadap teman – teman saya.
Keesokan harinya, dengan segala kekalutan hati ini saya curhat pada sahabat saya. Dengan semua uneg – uneg di hati, saya menceritakan hal yang menimpa hubungan saya. Sebelum sahabat saya mengatakan kesimpulan atas masalah saya, saya mendahului dengan mengatakan kesimpulan yang sudah saya rumuskan sepanjang waktu istirahat malam saya. Sahabat saya pun langsung mengiyakan pendapat saya itu. Tapi setelah itu ada satu hal dari pendapat sahabat saya itu yang membuat saya terkejut. Dia mengatakan bahwa dia memang setuju pendapat saya, bila memang masalah itu bukan menimpa pada hubungan saya dan pacar saya, tapi bila saya berhubungan dengan orang lain di sekitar saya. Tapi ini berbeda, saya harus tetap jujur apapun kenyataannya terhadap orang yang menjalin hubungan khusus dengan saya. Ini merupakan proses pengenalan pribadi. Kalau memang ternyata pacar saya tidak dapat menerima kenyataan akan diri saya, berarti memang dia bukanlah orang yang tepat untuk saya.
Karena dalam suatu hubungan antar dua insan yang saling terikat dalam rasa cinta diperlukan kejujuran dan keterbukaan satu sama lain. Sehingga hal ini dapat saling memperkaya satu sama lain.

Dedicated to Hendro Ardianto...you know that i love you much...

1 comment:

----- said...

rambut-rambut sang dewi. hitam berkilau
keperakan. berserakan di lantai. dari marmer italia,
warna putih bersih. kemudian datang seekor kijang
bertanduk emas. mencium rambut-rambut itu lalu
menangis. sang dewi hanya diam, menatap kijang,
siratkan terima kasih. kemudian ia mengumpulkan
rambut-rambutnya menjadi sebuah syal terindah
dan terhangat.

dua hari berlalu, kijang itu datang lagi. lalu
giranglah hati sang dewi, ia hadiahkan syal itu
pada sang kijang. "please be careful with my heart."

aku menulis kisah ini untukmu, sahabatku. harap
kau memikirkannya dalam hatimu untuk hatimu.