Rasa....
Datang dan pergi dalam hidupku
Rasa....
Beri arti setiap jejak langkahku
Rasa...
Buat ku tahu akan tiap makna
Ku pikir dapat taklukkan rasa
Lampaui kehendak seluruh rasa
Tutupi semua agar jadi sempurna
Pendam semua agar tak jadi derita
Nyatanya...
Kini kurasa semua
Semua yang dahulu dianggap tak bermakna
Semua yang dahulu terlihat mudah saja
Semua yang wakili egoisnya rasa
Saat cintaimu
Saat sayangimu
Saat rasa kecup indahmu
Saat rasa peluk hangatmu
Kumasuki dunia
Tinggalkan hal maya
Yang telah mengukung rasa hati
Menjadi tinggi diri
Kulihat indahnya dunia
Yang penuh liku dan problematika
Yang penuh dusta Tapi tanpa pura-pura
Tuesday, May 17, 2005
Sunday, May 15, 2005
MenCINTAi dan diCINTAi orang lain
Satu hal yang tidak dapat kita pungkiri adalah ketika kita telah mulai merasa jatuh cinta pada orang lain. Cinta sejuta maknanya...sejuta rasanya...itu yang dikatakan oleh kebanyakan orang.
Entah kenapa akhir – akhir ini saya semakin menyadari rasanya dicintai dan menyintai. Pengalaman akan dicintai dan mencintai orang lain secara tulus membuat saya belajar untuk mau jujur dan semakin memahami serta mengerti tentang perasaan yang ada di hati saya. Pengalaman dan sensasi ini membuat saya masuk dalam suatu dunia di mana tanpa kepura-puraan. Dunia di mana semua jujur dan saling terbuka satu sama lain agar mudahlah proses pengenalan masing – masing pribadi.
Dalam proses pengenalan pribadi oleh dua insan saling mencintai, yang lazim disebut pacaran ini, pasti akan terjadi macam – macam liku dan dilema. Di artikel saya yang berjudul “...Suka...Cinta...Sayang...”, diungkapkan bahwa pada tahap seseorang mencintai orang lain pasti dia akan mulai merasa untuk tidak mau kehilangan orang lain sebagai ungkapan rasa cintanya. Dengan berbagai usaha orang akan berjuang mati-matian agar dia tidak kehilangan orang yang dicintainya. Salah satunya adalah dengan membiarkan orang lain itu tahu pribadi dan besarnya perasaan pada orang itu. Dan hal tersebut akan dapat terjadi bila ada kejujuran terhadap perasaan dan hati nurani terdalam.
Saya sekarang memiliki seorang teman dekat. Hubungan kami sudah lima bulan berjalan dari 25 November 2004 yang lalu. Tentunya dalam lima bulan ini saya mencoba untuk terbuka dan jujur akan diri saya serta perasaan ini terhadap pacar saya itu. Baru – baru ini secara tidak sengaja saya mengungkap suatu hal yang mungkin menurut orang kebanyakan tidak masuk akal di depannya. Dan seperti kebanyakan orang lainnya, pacar saya terkejut mendengar kenyataan yang saya utarakan itu. Hari itu pun berakhir dengan tidak mengenakkan.
Saya sungguh sangat amat menyesal telah mengungkap hal yang seharusnya tidak perlu dia ketahui, karena hal ini merupakan suatu dari pribadi diri saya yang saya tutupi agar orang dapat memandang saya sebagai seorang manusia biasa seperti pada ukuran normalnya.
Semalaman saya memutar otak dan begitu menyesali kenyataan akan keadaan yang baru menimpa saya. Dan sampailah pada kesimpulan bahwa saya harus menyaring untuk menceritakan siapa saya seperti yang selama ini telah saya lakukan terhadap teman – teman saya.
Keesokan harinya, dengan segala kekalutan hati ini saya curhat pada sahabat saya. Dengan semua uneg – uneg di hati, saya menceritakan hal yang menimpa hubungan saya. Sebelum sahabat saya mengatakan kesimpulan atas masalah saya, saya mendahului dengan mengatakan kesimpulan yang sudah saya rumuskan sepanjang waktu istirahat malam saya. Sahabat saya pun langsung mengiyakan pendapat saya itu. Tapi setelah itu ada satu hal dari pendapat sahabat saya itu yang membuat saya terkejut. Dia mengatakan bahwa dia memang setuju pendapat saya, bila memang masalah itu bukan menimpa pada hubungan saya dan pacar saya, tapi bila saya berhubungan dengan orang lain di sekitar saya. Tapi ini berbeda, saya harus tetap jujur apapun kenyataannya terhadap orang yang menjalin hubungan khusus dengan saya. Ini merupakan proses pengenalan pribadi. Kalau memang ternyata pacar saya tidak dapat menerima kenyataan akan diri saya, berarti memang dia bukanlah orang yang tepat untuk saya.
Karena dalam suatu hubungan antar dua insan yang saling terikat dalam rasa cinta diperlukan kejujuran dan keterbukaan satu sama lain. Sehingga hal ini dapat saling memperkaya satu sama lain.
Dedicated to Hendro Ardianto...you know that i love you much...
Entah kenapa akhir – akhir ini saya semakin menyadari rasanya dicintai dan menyintai. Pengalaman akan dicintai dan mencintai orang lain secara tulus membuat saya belajar untuk mau jujur dan semakin memahami serta mengerti tentang perasaan yang ada di hati saya. Pengalaman dan sensasi ini membuat saya masuk dalam suatu dunia di mana tanpa kepura-puraan. Dunia di mana semua jujur dan saling terbuka satu sama lain agar mudahlah proses pengenalan masing – masing pribadi.
Dalam proses pengenalan pribadi oleh dua insan saling mencintai, yang lazim disebut pacaran ini, pasti akan terjadi macam – macam liku dan dilema. Di artikel saya yang berjudul “...Suka...Cinta...Sayang...”, diungkapkan bahwa pada tahap seseorang mencintai orang lain pasti dia akan mulai merasa untuk tidak mau kehilangan orang lain sebagai ungkapan rasa cintanya. Dengan berbagai usaha orang akan berjuang mati-matian agar dia tidak kehilangan orang yang dicintainya. Salah satunya adalah dengan membiarkan orang lain itu tahu pribadi dan besarnya perasaan pada orang itu. Dan hal tersebut akan dapat terjadi bila ada kejujuran terhadap perasaan dan hati nurani terdalam.
Saya sekarang memiliki seorang teman dekat. Hubungan kami sudah lima bulan berjalan dari 25 November 2004 yang lalu. Tentunya dalam lima bulan ini saya mencoba untuk terbuka dan jujur akan diri saya serta perasaan ini terhadap pacar saya itu. Baru – baru ini secara tidak sengaja saya mengungkap suatu hal yang mungkin menurut orang kebanyakan tidak masuk akal di depannya. Dan seperti kebanyakan orang lainnya, pacar saya terkejut mendengar kenyataan yang saya utarakan itu. Hari itu pun berakhir dengan tidak mengenakkan.
Saya sungguh sangat amat menyesal telah mengungkap hal yang seharusnya tidak perlu dia ketahui, karena hal ini merupakan suatu dari pribadi diri saya yang saya tutupi agar orang dapat memandang saya sebagai seorang manusia biasa seperti pada ukuran normalnya.
Semalaman saya memutar otak dan begitu menyesali kenyataan akan keadaan yang baru menimpa saya. Dan sampailah pada kesimpulan bahwa saya harus menyaring untuk menceritakan siapa saya seperti yang selama ini telah saya lakukan terhadap teman – teman saya.
Keesokan harinya, dengan segala kekalutan hati ini saya curhat pada sahabat saya. Dengan semua uneg – uneg di hati, saya menceritakan hal yang menimpa hubungan saya. Sebelum sahabat saya mengatakan kesimpulan atas masalah saya, saya mendahului dengan mengatakan kesimpulan yang sudah saya rumuskan sepanjang waktu istirahat malam saya. Sahabat saya pun langsung mengiyakan pendapat saya itu. Tapi setelah itu ada satu hal dari pendapat sahabat saya itu yang membuat saya terkejut. Dia mengatakan bahwa dia memang setuju pendapat saya, bila memang masalah itu bukan menimpa pada hubungan saya dan pacar saya, tapi bila saya berhubungan dengan orang lain di sekitar saya. Tapi ini berbeda, saya harus tetap jujur apapun kenyataannya terhadap orang yang menjalin hubungan khusus dengan saya. Ini merupakan proses pengenalan pribadi. Kalau memang ternyata pacar saya tidak dapat menerima kenyataan akan diri saya, berarti memang dia bukanlah orang yang tepat untuk saya.
Karena dalam suatu hubungan antar dua insan yang saling terikat dalam rasa cinta diperlukan kejujuran dan keterbukaan satu sama lain. Sehingga hal ini dapat saling memperkaya satu sama lain.
Dedicated to Hendro Ardianto...you know that i love you much...
Sepenggal Rasa Untuk Sahabat
(dedicated to Olivia Sulistyo, Marsela Lestari, dan Yohanes Rafael Kristanto)
Pada teorinya manusia adalah makhluk sosial yang mau ga mau harus bisa bersosialisasi dan hidup bersama dengan orang lain. Hmmm...memang kadang kita ga bisa langsung menerima atau langsung dekat dengan orang yang baru kita kenal. Dan ga setiap orang bisa dekat dengan kita.
Dalam kesempatan ini, saya ingin mengungkapkan pengalaman saya hidup dengan orang lain. Seumur hidup saya, saya bukanlah orang yang cepat dekat dengan orang lain. Emang sih untuk bergaul dan kenal dengan orang lain bukanlah merupakan hal yang sulit untuk saya. Tapi untuk berhubungan dekat dengan orang lain, baik itu perempuan maupun laik – laki, merupakan hal yang sulit untuk saya. Entah kenapa, sepertinya saya merasa memiliki dunia sendiri.
Untuk kenal dan berbicara dengan orang lain, merupakan hal yang menyenangkan untuk saya. Saya suka mendengarkan orang berbicara tentang mereka, saya suka ber-Sharing tentang pengalaman – pengalaman saya kepada orang lain. Banyak orang yang menganggap saya supel, mudah bergaul, ramah, dan ceria. Tapi sejujurnya saya bukanlah orang yang mudah untuk “ngomong” tentang diri saya. Saya bukanlah tipe peng-OBRAL yang dengan mudahnya bercerita dan curhat ke semua orang.
Saya adalah orang yang mengandalkan intuisi saya dalam berhubungan dengan orang di sekitar saya. Dalam hidup saya sedikit sekali orang yang benar – benar mengenal pribadi saya, selain keluarga saya tentunya. Betapa senangnya saya ketika bertemu orang yang memang mau dekat dengan saya apa adanya tanpa kepur-puraan. Saat saya sedih, dia tanpa basa-basi sepertinya tahu bagaimana membuat saya untuk mengeluarkan serta mengekpresikan perasaan saya. Saat saya merasa jatuh, dia dapat dengan menyenangkannya membangkitkan kembali semangat saya.
Sobat atau sahabat merupakan orang yang sangat berarti dalam hidup saya. Sahabat tahu kapan pasang dan surut hidup saya. Sahabat memberikan banyak inspirasi bagi hidup saya. Terima kasih pada Tuhan yang telah memberikan hidup yang indah dengan mengenal sahabat yang menemani perjalan hidup saya... Saya selalu berdoa pada yang Di Atas agar selalu menlindungi dan menjagamu dalam perjalanan hidupmu...
Pada teorinya manusia adalah makhluk sosial yang mau ga mau harus bisa bersosialisasi dan hidup bersama dengan orang lain. Hmmm...memang kadang kita ga bisa langsung menerima atau langsung dekat dengan orang yang baru kita kenal. Dan ga setiap orang bisa dekat dengan kita.
Dalam kesempatan ini, saya ingin mengungkapkan pengalaman saya hidup dengan orang lain. Seumur hidup saya, saya bukanlah orang yang cepat dekat dengan orang lain. Emang sih untuk bergaul dan kenal dengan orang lain bukanlah merupakan hal yang sulit untuk saya. Tapi untuk berhubungan dekat dengan orang lain, baik itu perempuan maupun laik – laki, merupakan hal yang sulit untuk saya. Entah kenapa, sepertinya saya merasa memiliki dunia sendiri.
Untuk kenal dan berbicara dengan orang lain, merupakan hal yang menyenangkan untuk saya. Saya suka mendengarkan orang berbicara tentang mereka, saya suka ber-Sharing tentang pengalaman – pengalaman saya kepada orang lain. Banyak orang yang menganggap saya supel, mudah bergaul, ramah, dan ceria. Tapi sejujurnya saya bukanlah orang yang mudah untuk “ngomong” tentang diri saya. Saya bukanlah tipe peng-OBRAL yang dengan mudahnya bercerita dan curhat ke semua orang.
Saya adalah orang yang mengandalkan intuisi saya dalam berhubungan dengan orang di sekitar saya. Dalam hidup saya sedikit sekali orang yang benar – benar mengenal pribadi saya, selain keluarga saya tentunya. Betapa senangnya saya ketika bertemu orang yang memang mau dekat dengan saya apa adanya tanpa kepur-puraan. Saat saya sedih, dia tanpa basa-basi sepertinya tahu bagaimana membuat saya untuk mengeluarkan serta mengekpresikan perasaan saya. Saat saya merasa jatuh, dia dapat dengan menyenangkannya membangkitkan kembali semangat saya.
Sobat atau sahabat merupakan orang yang sangat berarti dalam hidup saya. Sahabat tahu kapan pasang dan surut hidup saya. Sahabat memberikan banyak inspirasi bagi hidup saya. Terima kasih pada Tuhan yang telah memberikan hidup yang indah dengan mengenal sahabat yang menemani perjalan hidup saya... Saya selalu berdoa pada yang Di Atas agar selalu menlindungi dan menjagamu dalam perjalanan hidupmu...
Dengar
Sutt...!!!Sutt...!!!Dengar...
Aku mau curhat...curhat...
Sutt...!!!
Hmm...
Gelegar rintih mengaduh menyayat hati,meninggalkan tanda tanya besar akan sebuah kejujuran.
Erangan penderitaan dan kecemasan begitu lirih seolah lembu yang siap dijagal.
Gemuruhnya pesta pora kota metropolitan di tengah alunan nada kemerdekaan
Seakan-akan menyumbat dan menulikan telinga hati yang terlalu sibuk mendengarkan hal-hal yang menguntungkan diri,sampai-sampai tak ada waktu untuk mendengarkan bisik rintihan si kaum rendahan.
Adapun di sisi lain, telinga ini terlalu sibuk menyimak dan menanggapi kabar-kabar burung yang menceritakan borok-borok orang lain tanpa mau melihat dan menyadari borok dan luka sendiri yang kadang lebih lebar menganga dan berbau busuk.
Entah kapan telinga ini mampu mendengar jeritan pedih tanah air Indonesia karena melihat anak-anaknya menjadi budak keegoisan dan ketamakan.
Ya... keegoisan dan ketamakan yang justru membawa kita kepada jurang kehancuran. Kehancuran kita bersama. Inikah cita-cita dan harapan kita akan negeri ini...?
Aku mau curhat...curhat...
Sutt...!!!
Hmm...
Gelegar rintih mengaduh menyayat hati,meninggalkan tanda tanya besar akan sebuah kejujuran.
Erangan penderitaan dan kecemasan begitu lirih seolah lembu yang siap dijagal.
Gemuruhnya pesta pora kota metropolitan di tengah alunan nada kemerdekaan
Seakan-akan menyumbat dan menulikan telinga hati yang terlalu sibuk mendengarkan hal-hal yang menguntungkan diri,sampai-sampai tak ada waktu untuk mendengarkan bisik rintihan si kaum rendahan.
Adapun di sisi lain, telinga ini terlalu sibuk menyimak dan menanggapi kabar-kabar burung yang menceritakan borok-borok orang lain tanpa mau melihat dan menyadari borok dan luka sendiri yang kadang lebih lebar menganga dan berbau busuk.
Entah kapan telinga ini mampu mendengar jeritan pedih tanah air Indonesia karena melihat anak-anaknya menjadi budak keegoisan dan ketamakan.
Ya... keegoisan dan ketamakan yang justru membawa kita kepada jurang kehancuran. Kehancuran kita bersama. Inikah cita-cita dan harapan kita akan negeri ini...?
Monday, May 09, 2005
ALAMAK...!!!
Satu kata yang merupakan suatu asimilai yang berarti “allah”-nya “emak”. Kata yang begitu populer di tahun 60-an ini berasal dari bahasa Melayu. Ketika orang mengucapkan “ALAMAK…!!!”, biasanya ini berarti semacam ungkapan keterkejutan akan sesuatu.
Suatu hari, saya berjalan ke sebuah toko buku terkenal di Jakarta. Sesampainya di sana, saya langsung menuju jejeran rak buku yang memuat banyak buku – buku yang mengusung nama fakultas sya, yaitu Psikologi. Setelah puas melihat serta membahas bersama dengan seorang teman baik, kami pun berpindah tempat untuk memuaskan keinginan teman saya mencari rak – rak buku yang berisi karya – karya sastra.
Hmmm….mulailah pencarian kami. Awalnya kami begitu kecewa ketika mengira di toko buku yang terkenal itu tidak kami temukan satu pun karya – karya penulis favorit, yaitu Seno Gumira Ajidarma. Tapi sekelebat, gembiralah hati kami, dari kejauhan melihat sebuah papan tergantung bertuliskan “SASTRA”.
Langsung saja kami bergegas menuju rak buku. Ketika sesampainya di san, saya melihat ada buku – buku karya salah satu penulis favorit saya, Fira Basuki. Dari sekumpulan bukunya, ada satu buku yang menarik perhatian saya. Buku yang tidak terlalu tebal dengan cover gambar sebuah stilleto modis, berjudul “ALAMAK!”
Judul yang begitu singkat itu begitu memikat saya untuk membacanya. Langsung saja saya ambil dan melihat apaka harga sesuai dengan isi kocek saya. Fiuhh..ternyata isi kocek pun mendukung.sehinghga tanpa ragu, saya langsung mengambil dan menunggu teman saya memilih buku yang ingin dibelinya.
Sesampainya di rumah, langsung saja saya buka segel dengan penuh semangat. Saya sudah membayangkan bahwa pasti isi buku ini seperti karya- karay Fira sebelumnya, yang menggambarkan sesuatu lewat hal – hal yang indah tidak seperti penulis favorit teman saya, SGA, yang pesimistis.
Di awal cerita, saya masih menangkap kesan awal say. Tapi…ketika masuk di cerita – cerita selanjutnya, saya benar – benar TERKEJUT..!!!
ALAMAK..!!!Fira berubah drastis! Tapi sungguh amat mendalam rasanya. Dengan gaya baru, dia mengungkap berbagai realita dengan gamblang. Alamak..!!! Ini sungguh karya yang mengagumkan. Dan saya tidak akan pernah menyesal telah membeli buku ini…
Suatu hari, saya berjalan ke sebuah toko buku terkenal di Jakarta. Sesampainya di sana, saya langsung menuju jejeran rak buku yang memuat banyak buku – buku yang mengusung nama fakultas sya, yaitu Psikologi. Setelah puas melihat serta membahas bersama dengan seorang teman baik, kami pun berpindah tempat untuk memuaskan keinginan teman saya mencari rak – rak buku yang berisi karya – karya sastra.
Hmmm….mulailah pencarian kami. Awalnya kami begitu kecewa ketika mengira di toko buku yang terkenal itu tidak kami temukan satu pun karya – karya penulis favorit, yaitu Seno Gumira Ajidarma. Tapi sekelebat, gembiralah hati kami, dari kejauhan melihat sebuah papan tergantung bertuliskan “SASTRA”.
Langsung saja kami bergegas menuju rak buku. Ketika sesampainya di san, saya melihat ada buku – buku karya salah satu penulis favorit saya, Fira Basuki. Dari sekumpulan bukunya, ada satu buku yang menarik perhatian saya. Buku yang tidak terlalu tebal dengan cover gambar sebuah stilleto modis, berjudul “ALAMAK!”
Judul yang begitu singkat itu begitu memikat saya untuk membacanya. Langsung saja saya ambil dan melihat apaka harga sesuai dengan isi kocek saya. Fiuhh..ternyata isi kocek pun mendukung.sehinghga tanpa ragu, saya langsung mengambil dan menunggu teman saya memilih buku yang ingin dibelinya.
Sesampainya di rumah, langsung saja saya buka segel dengan penuh semangat. Saya sudah membayangkan bahwa pasti isi buku ini seperti karya- karay Fira sebelumnya, yang menggambarkan sesuatu lewat hal – hal yang indah tidak seperti penulis favorit teman saya, SGA, yang pesimistis.
Di awal cerita, saya masih menangkap kesan awal say. Tapi…ketika masuk di cerita – cerita selanjutnya, saya benar – benar TERKEJUT..!!!
ALAMAK..!!!Fira berubah drastis! Tapi sungguh amat mendalam rasanya. Dengan gaya baru, dia mengungkap berbagai realita dengan gamblang. Alamak..!!! Ini sungguh karya yang mengagumkan. Dan saya tidak akan pernah menyesal telah membeli buku ini…
Subscribe to:
Posts (Atom)