Dalam sebuah perbincangan via social media,
seorang teman sempat memberikan komentar atas posting-an saya ini.
Teman saya memberi komentar begini :
“Jadinya
kalau mau sprint sok sorangan, kalo maunya marathon sok cari pasangan.”
“Iyaaaa kakak.. biar ada temen ngobrol di
jalan kakak..”
“Soalnya
kalau estafet sejenis PHP kali yaa. Abis dikejar, dapat tongkatnya, eh dilepas
lagi kasih orang..”
“Hahaha...
Bisa jadi bisa jadii.. Interesting Ber !”
“Kasihan
yah tongkat estafet selalu diPHPin.. L mereka semua jahaatt !!”
“Biar
gak diPHPin dikasih lem aica aibon aja mungkin, Ber. Hehehehe.. Gak bisa
lepaaassss..”
Well... kalau dari analogi lomba lari, hidup
percintaan bisa jadi ada 3 kategori :
- Berlari ala Sprint. Mengejar tujuan seorang diri. Berlari sekuat tenaga mencapai finish jadi pemenang sendirian gak peduli lingkungan. Gak peduli orang lain gimana yang penting sampai finish.
- Berlari Marathon. Berlari lebih santai bersama orang lain tapi jarak tempuh lebih panjang, waktu lebih lama dan tantangan sepanjang jalan lebih banyak. Dan tentunya manfaat pembakaran kalori juga dicapai. Kalau lelah, bisa istirahat sejenak lalu berlari lagi.
- Berlari estafet, tentukan beberapa target. Target terpenuhi, tongkat kasih ke orang lain, ganti lagi target lain. Semacam lari ala tabrak lari. Udah di tabrak, ehhh di malah lari ke tujuan lain.
Sebenarnya, gambar ini merupakan sebuah curhat
colongan saya untuk seseorang. Orang yang beberapa bulan ini sedang saya pantau
keberadaan hatinya.
Mungkin, saat ini target percintaan saya sudah
masuk dalam kategori SOS. Hampir setahun, berlari kencang berusaha mencapai
target. Pasangan yang cocok gak dapat, yang ada saya malah kelelahan.
Pun jujur, mungkin beberapa kali gaya berlari
estafet secara tidak sadar saya lakukan. Dapat juga gak, bikin hati orang lain
sakit mungkin iyaa.. Dan gak hanya rasa lelah yang terasa, rasa bersalah dan
takut disumpahinnya itu looohhh yang bikin hati makin gak tenang.
Rasanya saat ini gaya berlari saya harus saya
sesuaikan, mencoba ikut lari marathon. Lebih banyak kawan sepanjang jalan,
kalau terlelah saya bisa berhenti sejenak. Dan yang paling penting, bukan
masalah menjadi juara nomor berapa. Tapi berlarinya sama siapa. Karena mencapai
titik finish akan jauh lebih nikmat bila dicapai bersama orang lain yang telah
menceriakan sepanjang lari marathon kita. Dalam hati hanya berdoa, semoga dia
yang saat ini sedang saya pantau hatinya mau saya ajak berlari marathon
bersama.
No comments:
Post a Comment