Benci rasanya...saat harus selalu kompromi.
Apa ini benar2 rasa hatiku
Apa ini benar2 perasaanku
Apa benar2 kucinta dirinya
Rasanya sulit jalani semua
Penuh liku, rintang, dan ujian
Harus bagaimana lagi
Apakah dengan cara lalu dapat kuatasi semua
Kisruh di hati
Golak benar2 dahsyat
Malas hadapi semua
Harus berpikir
Harus rendahkan ego dan diri
Serendah-rendahnya!!!
Kutahu sulit lepaskanmu
Tapi tak kau pahamikah maksud ini
Kulakukan semua yang terbaik dariku
Agar bangga diri dan semua yang kucinta
Tapi...
Apa yang kudapat
Semuanya berusaha patahkan idealisme yang tercipta
Benarkah ini suka...
Benarkah ini cinta...
Benarkah ini sayang...
Aku tak tahu...
Yang kusadari kadang hati ini berontak dan katakan tidak
Lalu apa yang harus kulakukan
Rasa ini muncul begitu kuat
Dua kubu berseteru rebut sang hati
Say’...
Tahukah kamu...
Kuperjuangkan semua....
Agar kau mengerti...
Dan kuharap...
Engkau mau berjuang untuk mengerti...
Sayangku...
Monday, June 20, 2005
Suatu Persembahan Cinta
Chrisye feat ELEMENT
Jelas diriku
Tlah mencintaimu
Tak pernah kubiarkan
Apapun menyakiti hatimu
Cintaku....
Jelas hatiku
Tlah menyayangimu
Tak pernah ada rasa
Selain dirasakan
cintamu...
cintamu...
Reff:
Kau yang membuat diriku
Merasa berarti
Menjalani segalanya
Ku ingin bersamamu
Ku ingin cintamu
Untuk selamanya
Tulusnya cintamu
Tlah membuat hatiku
Mengerti slama ini
Yang kucari hanyalah
Dirimu.....
Kekasihku....
Bridge :
Tak akan kubiarkan
Kau jauh dari diriku
Hampa yang kurasa tanpamu
Dan tak akan kulepaskan
Semua tentang dirimu
Tak ingin kutanpa dirimu
......MANUSIA......
Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna. Dengan segala kemampuan plus hati nurani yang diberikan-Nya, manusia dapat berbuat apa saja sesuai dengan ingin dan rasanya.
Tapi egois dan sombong diri manusia membuat semua itu terlihat penuh arogansi yang tinggi. Entah mengapa, ketika seorang manusia merasa memiliki kemampuan jauh di atas sesamanya, seakan – akan dia dapat meremehkan semua makhluk di sekitarnya. Sampai – sampai lupa akan siapa Penciptanya...
Pernahkah kita melihat dan merefleksikan semua perbuatan yang kita lakukan. Apakah itu menoreh sebuah sakit hati pada sekitar kita? Apakah itu memang yang terbaik untuk kita dan sesama? Atau malah perbuatan kita bersifat necrophili, yang dapat menghancurkan hal di sekitar kita?
Suatu ketika dalam keseharian saya, seperti biasanya saya membuka mailling list yang merupakan media bagi anggota fakultas saya. Ketika asyik membaca messages yang baru di-post oleh teman – teman saya, perhatian saya tertuju pada satu message yang pemiliknya ridak saya kenal. Dalam isii pesan itu ternyata anak ini merupakan salah satu calon aggota fakultas kami di tahun ajran yang baru nanti. Dengan kata lain, dia adalah calon mahasiswa yang baru lulus dari SMU tentunya.
Si calon ini ternyata cukup berani “nyemplung” dalam media komunikasi maya kami. Beberapa artikel yang dia post ada yang cukup berbobot ada juga yang sekedar memberi komentar dan perkenalan diri. Tak disangka, tak dinanya, anak ini yang awalnya hanya memberi artikel yang berisi hal – hal tidak jelas, ikut mengomentari hal yang seharusnya belum pantas dia komentari. Tentu saja komentar – komentar yang dilancarkannya itu seketika menimbulkan reaksi yang sangat dahsyat dari kami para penghuni group ini.
Satu per satu dari kami pun berusaha untuk mengkomunikasikan kepada “si calon” untuk berhati-hati bila berbicara. Tanpa mengurangi rasa keterkejutan kami akan perbuatan anak ini, dia malahan menambah panas situasi dengan membalas sikap kami ini dengan sok tahu yang kadarnya lebih tinggi dari sebelumnya. Dengan sungguh amat percaya diri, anak ini malah berusaha menjual dirinya yang nota bene katanya memiliki kemampuan di bidang supranatural.
Hmmm....hari gini masih ada aja loh yang percaya dengan hal – hal gaib seperti jin, ramalan, dukun, dll. Dan yang membuat kami bertambah sengit adalah “si calon” yang merasa lebih dari kami bukannya merasa insyaf dengan perbuatannya, malahan dia mulai mengancam kami. Berusaha menempatkan dirinya lebih di atas kami.
Sejak kapankah derajat manusia berbeda-beda? Saya rasa manusia diciptakan sama dan setara di mata Tuhan. Dari kejadian yang saya alami itu, saya semakin berpikir dan merefleksikan diri saya. Manusia pasti memiliki kemampuan yang berbeda sesuai dengan apa yang telah dikaruniakan Tuhan kepada tiap individu. Tapi apakah karena perbedaan karunia ini manusia dapat semena-mena terhadap orang di sekitarnya?
Jadikanlah kelebihan dan kekurangan kita sebagai sarana saling melengkapi satu sama lain... Agar jadi indahlah dunia ini...
Tapi egois dan sombong diri manusia membuat semua itu terlihat penuh arogansi yang tinggi. Entah mengapa, ketika seorang manusia merasa memiliki kemampuan jauh di atas sesamanya, seakan – akan dia dapat meremehkan semua makhluk di sekitarnya. Sampai – sampai lupa akan siapa Penciptanya...
Pernahkah kita melihat dan merefleksikan semua perbuatan yang kita lakukan. Apakah itu menoreh sebuah sakit hati pada sekitar kita? Apakah itu memang yang terbaik untuk kita dan sesama? Atau malah perbuatan kita bersifat necrophili, yang dapat menghancurkan hal di sekitar kita?
Suatu ketika dalam keseharian saya, seperti biasanya saya membuka mailling list yang merupakan media bagi anggota fakultas saya. Ketika asyik membaca messages yang baru di-post oleh teman – teman saya, perhatian saya tertuju pada satu message yang pemiliknya ridak saya kenal. Dalam isii pesan itu ternyata anak ini merupakan salah satu calon aggota fakultas kami di tahun ajran yang baru nanti. Dengan kata lain, dia adalah calon mahasiswa yang baru lulus dari SMU tentunya.
Si calon ini ternyata cukup berani “nyemplung” dalam media komunikasi maya kami. Beberapa artikel yang dia post ada yang cukup berbobot ada juga yang sekedar memberi komentar dan perkenalan diri. Tak disangka, tak dinanya, anak ini yang awalnya hanya memberi artikel yang berisi hal – hal tidak jelas, ikut mengomentari hal yang seharusnya belum pantas dia komentari. Tentu saja komentar – komentar yang dilancarkannya itu seketika menimbulkan reaksi yang sangat dahsyat dari kami para penghuni group ini.
Satu per satu dari kami pun berusaha untuk mengkomunikasikan kepada “si calon” untuk berhati-hati bila berbicara. Tanpa mengurangi rasa keterkejutan kami akan perbuatan anak ini, dia malahan menambah panas situasi dengan membalas sikap kami ini dengan sok tahu yang kadarnya lebih tinggi dari sebelumnya. Dengan sungguh amat percaya diri, anak ini malah berusaha menjual dirinya yang nota bene katanya memiliki kemampuan di bidang supranatural.
Hmmm....hari gini masih ada aja loh yang percaya dengan hal – hal gaib seperti jin, ramalan, dukun, dll. Dan yang membuat kami bertambah sengit adalah “si calon” yang merasa lebih dari kami bukannya merasa insyaf dengan perbuatannya, malahan dia mulai mengancam kami. Berusaha menempatkan dirinya lebih di atas kami.
Sejak kapankah derajat manusia berbeda-beda? Saya rasa manusia diciptakan sama dan setara di mata Tuhan. Dari kejadian yang saya alami itu, saya semakin berpikir dan merefleksikan diri saya. Manusia pasti memiliki kemampuan yang berbeda sesuai dengan apa yang telah dikaruniakan Tuhan kepada tiap individu. Tapi apakah karena perbedaan karunia ini manusia dapat semena-mena terhadap orang di sekitarnya?
Jadikanlah kelebihan dan kekurangan kita sebagai sarana saling melengkapi satu sama lain... Agar jadi indahlah dunia ini...
Jujur TANPA PURA-PURA
(Semua usaha untuk jujur dengan DIRI telah kulakukan semua)
Terkadang sulit untuk dapatkan kejujuran diri
Yang sungguh jujur dari hati nurani
Ketika tahu akan mau sendiri
Belum tentu dapat dorong hati nurani tuk akui
Ternyata...
Jujur terhadap diri lebih sulit daripada terhadap sesama
Saat itu nurani benar-benar dipertaruhkan
Untuk lihat maksud terdalam
Kesampingan egois diri dan sombong hati
Lega rasa saat temukan beraninya rasa
Tuk runtuhkan ego akui semua
Fiuhhh....
Ini loh rasanya kejujuran
Ini loh rasanya bebas pura-pura
Ini loh rasanya ambil konsekuensi
Jujur...
Tidak bohong....
Tanpa pura-pura....
Mengerti semua....
Pahami semua....
Apa adanya....
Selami jiwa dan nurani
Tuk dapatkan indahnya....
Terkadang sulit untuk dapatkan kejujuran diri
Yang sungguh jujur dari hati nurani
Ketika tahu akan mau sendiri
Belum tentu dapat dorong hati nurani tuk akui
Ternyata...
Jujur terhadap diri lebih sulit daripada terhadap sesama
Saat itu nurani benar-benar dipertaruhkan
Untuk lihat maksud terdalam
Kesampingan egois diri dan sombong hati
Lega rasa saat temukan beraninya rasa
Tuk runtuhkan ego akui semua
Fiuhhh....
Ini loh rasanya kejujuran
Ini loh rasanya bebas pura-pura
Ini loh rasanya ambil konsekuensi
Jujur...
Tidak bohong....
Tanpa pura-pura....
Mengerti semua....
Pahami semua....
Apa adanya....
Selami jiwa dan nurani
Tuk dapatkan indahnya....
Monday, June 13, 2005
TERSERAH...!!!
Kesel...sebel...
Rasanya sulit hidup ini
Saat harus berbagi
Saat harus berkompromi
Saat harus tentukan pilihan
Entah apa rasa di hati
Marah
Benci
Kesal
Jadi satu
Mengapa harus kulalui ini
Tidak bisakah gunakan otak sendiri untuk tentukan tujuan!
Apa yang jadi prioritas!
Aku...
Benci saat harus memilih
Penuh tanggung jawab
Apalagi menyangkut orang lain dan di luar kehendakku
Apa kata orang saat pilihan itu malah menjerumuskan
Marah
Benci
Kesal
Entah harus kutujukan pada siapa?
Diri sendiri...?
Ini BUKAN masalahku..!!!
Dia...?
Apalagi....!
Wong aku yang tentukan pilihan...
Kisruh di hati
Malas lagi keluarkan kata-kata
TERSERAH...
Rasanya sulit hidup ini
Saat harus berbagi
Saat harus berkompromi
Saat harus tentukan pilihan
Entah apa rasa di hati
Marah
Benci
Kesal
Jadi satu
Mengapa harus kulalui ini
Tidak bisakah gunakan otak sendiri untuk tentukan tujuan!
Apa yang jadi prioritas!
Aku...
Benci saat harus memilih
Penuh tanggung jawab
Apalagi menyangkut orang lain dan di luar kehendakku
Apa kata orang saat pilihan itu malah menjerumuskan
Marah
Benci
Kesal
Entah harus kutujukan pada siapa?
Diri sendiri...?
Ini BUKAN masalahku..!!!
Dia...?
Apalagi....!
Wong aku yang tentukan pilihan...
Kisruh di hati
Malas lagi keluarkan kata-kata
TERSERAH...
Subscribe to:
Posts (Atom)